Panduan dan etika dakwah sosmed
Tidak dipungkiri, sosial media dapat menjadi sarana efektif untuk menyampaikan dakwah setelah dakwah secara nyata mendapat banyak hambatan dan persekusi dari rezim. Rezim, tak mampu menghadang atau mengendalikan dakwah yang dilakukan di sosial media.
Tidak jarang, rezim menggunakan sarana hukum untuk mengkriminalisasi beberapa aktivis dakwah dengan UU ITE, dengan harapan tindakan ini akan membuat aktivis dakwah lainnya mundur, atau setidaknya tidak lagi menyuarakan dakwah yang menyerang entitas rezim.
Terkadang aktivis dakwah tidak sepenuhnya menyadari bahwa interaksi sosmed bukan semata bersosialisasi namun untuk berdakwah. Tak jarang Aktivis dakwah terlena, lalai, sehingga ikut mendistribusikan kabar yang tidak relevan untuk dakwah, ikut nyinyir status orang, nimbrung dan mengomentari aib atau ujian dakwah dan kehidupan yang menimpa aktivis lainnya, menebar berita yang tidak jelas kebenarannya, ikut tersuasana dan terjebak pada opini politik praktis yang tidak relevan bagi dakwah, atau yang semisalnya.
Baca juga: waktu tetakhir menunaikan utang ramadhan
Untuk itu, kepada semua pengemban dakwah penting untuk memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Selalu kros cek (tabayun) setiap menerima kabar, tidak semua informasi yang kita terima kita sebarkan, bedakan informasi valid dan informasi hoax, bedakan informasi privat dakwah dan informasi publik, selektif dalam mendistribusikan informasi, dan hanya menyebarkan informasi yang mendukung bagi dakwah. Informasi yang membela kubu politik tertentu, baik real apalagi hoax, tidak perlu didistribusikan.
2. Tidak perlu ikut campur dan mengomentari lebih lanjut status terkait aib aktivis dakwah atau ujian kehidupan yang sedang dihadapi pengemban dakwah lainnya, baik di laman pribadi atau pada status sosmed yang diunggah orang lain. Mengenai hal ini, cara terbaik untuk menolong adalah menasihati secara langsung (japri) atau melaporkannya pada pihak yang memiliki kewenangan.
Membahas dan mendiskusikan diruang publik baik melalui komen atau status tulisan, tidak menyelesaikan masalah dan justru berpotensi melemahkan dakwah.
3. Tidak perlu menyerang pendapat tokoh atau kontakan yang belum sepenuhnya menjadi bagian integral dakwah, dikarenakan adanya pendapat tokoh yang tidak sesuai dengan Fikroh dan thoriqoh dakwah. Bersabar, diskusikan secara pribadi dan langsung (bukan chatting) lebih ahsan dan bermartabat.
Perlu dipahami filosofi dakwah untuk mencari banyak kekuatan, bukan menggerus dukungan. Dakwah terbuka dan menyerang, hanya ditujukan kepada kafir penjajah, para antek, rezim dan seluruh perangkatnya. Sementara kepada tokoh dan kontakan, dakwah dijalankan degan penuh hikmah, mauizoh Hasanah, dan jika debat lakukanlah dengan cara yang baik dan argumentatif.
4. Perhatikan aspek hukum dalam bersosmed, agar tidak terjerat kasus.
5. Kombinasikan dakwah sosmed dengan dakwah nyata, agar dinamika sosmed bisa terukur, terarah, bijak dan bermartabat. Jangan kehilangan akar dakwah didunia nyata, karena keasyikan dakwah di sosial media.
Itulah panduan dan etika dakwah di soamed.
Islam adalah fleksibel jangan sampai dakwah mencampur baurkan dengan politik
Semoga Allah SWT menolong dakwah ini dan para pengembannya, Aamiin YRA.
Tidak dipungkiri, sosial media dapat menjadi sarana efektif untuk menyampaikan dakwah setelah dakwah secara nyata mendapat banyak hambatan dan persekusi dari rezim. Rezim, tak mampu menghadang atau mengendalikan dakwah yang dilakukan di sosial media.
Tidak jarang, rezim menggunakan sarana hukum untuk mengkriminalisasi beberapa aktivis dakwah dengan UU ITE, dengan harapan tindakan ini akan membuat aktivis dakwah lainnya mundur, atau setidaknya tidak lagi menyuarakan dakwah yang menyerang entitas rezim.
Terkadang aktivis dakwah tidak sepenuhnya menyadari bahwa interaksi sosmed bukan semata bersosialisasi namun untuk berdakwah. Tak jarang Aktivis dakwah terlena, lalai, sehingga ikut mendistribusikan kabar yang tidak relevan untuk dakwah, ikut nyinyir status orang, nimbrung dan mengomentari aib atau ujian dakwah dan kehidupan yang menimpa aktivis lainnya, menebar berita yang tidak jelas kebenarannya, ikut tersuasana dan terjebak pada opini politik praktis yang tidak relevan bagi dakwah, atau yang semisalnya.
Baca juga: waktu tetakhir menunaikan utang ramadhan
Untuk itu, kepada semua pengemban dakwah penting untuk memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Selalu kros cek (tabayun) setiap menerima kabar, tidak semua informasi yang kita terima kita sebarkan, bedakan informasi valid dan informasi hoax, bedakan informasi privat dakwah dan informasi publik, selektif dalam mendistribusikan informasi, dan hanya menyebarkan informasi yang mendukung bagi dakwah. Informasi yang membela kubu politik tertentu, baik real apalagi hoax, tidak perlu didistribusikan.
2. Tidak perlu ikut campur dan mengomentari lebih lanjut status terkait aib aktivis dakwah atau ujian kehidupan yang sedang dihadapi pengemban dakwah lainnya, baik di laman pribadi atau pada status sosmed yang diunggah orang lain. Mengenai hal ini, cara terbaik untuk menolong adalah menasihati secara langsung (japri) atau melaporkannya pada pihak yang memiliki kewenangan.
Membahas dan mendiskusikan diruang publik baik melalui komen atau status tulisan, tidak menyelesaikan masalah dan justru berpotensi melemahkan dakwah.
3. Tidak perlu menyerang pendapat tokoh atau kontakan yang belum sepenuhnya menjadi bagian integral dakwah, dikarenakan adanya pendapat tokoh yang tidak sesuai dengan Fikroh dan thoriqoh dakwah. Bersabar, diskusikan secara pribadi dan langsung (bukan chatting) lebih ahsan dan bermartabat.
Perlu dipahami filosofi dakwah untuk mencari banyak kekuatan, bukan menggerus dukungan. Dakwah terbuka dan menyerang, hanya ditujukan kepada kafir penjajah, para antek, rezim dan seluruh perangkatnya. Sementara kepada tokoh dan kontakan, dakwah dijalankan degan penuh hikmah, mauizoh Hasanah, dan jika debat lakukanlah dengan cara yang baik dan argumentatif.
4. Perhatikan aspek hukum dalam bersosmed, agar tidak terjerat kasus.
5. Kombinasikan dakwah sosmed dengan dakwah nyata, agar dinamika sosmed bisa terukur, terarah, bijak dan bermartabat. Jangan kehilangan akar dakwah didunia nyata, karena keasyikan dakwah di sosial media.
Itulah panduan dan etika dakwah di soamed.
Islam adalah fleksibel jangan sampai dakwah mencampur baurkan dengan politik
Semoga Allah SWT menolong dakwah ini dan para pengembannya, Aamiin YRA.
Post a Comment